Kalau anda cacingan tidak usah terburu mau ke dokter tangani dulu sengan meminum obat Combantrin, Dulu saya pernah kena cacing kremi, saya
langsung beli combatntrin aja,besoknya,sudah ga ada lagit tuh cacing
yang bergerak-gerak di dubur. Saran saya, klo cacingan, jangan
berlama-lama deh berpikirnya,. Beli saja obat cacing, mudah-mudahan
cacing segera hilang dari tubuh anda,..
Combantrin dosis dewasa terdiri dari 2
tablet Pirantel Pamoat, berupa dosis tunggal,artinya sekaligus 2 tablet
tersebut sekali minum. Pada saat itu di apotek terdekat, harga obat
cacing inisekitar 10.000 rupiah.
Berikut blister yang ada di Combantrin :
Kegunaan :
Combantrin adalah obat cacing yang bekerja mengatasi
- Cacing kremi
- Cacing gelang
- Cacing tambang (Ancylostoma duodenale)
- Cacing tambang (Necator americanus)
- Cacing Trichostrongylus colubriformis dan Trichostrongylus orientalis
Pirantel pamoat dapat digunakan untuk
pengobatan infeksi yang disebabkan oleh satu jenis cacing atau lebih
pada orang dewasa dan anak-anak. Obat ini dapat ditoleransi dan tidak
akan melekat pada pakaian oleh kontaminasi feses. Apabila salah satu
anggota keluarga menderita infeksi dari salah satu dari 5 jenis cacing
ini, maka besar kemungkinan anggota keluarga lainnya juga terinfeksi
yang tidak teridentifikasi. Oleh karena itu agar seluruh anggota
keluarga mengkonsumsi pirantel pamoat. ( Menjaga Kebersihan lingkungan
akan mencegah terjadinnya infeksi kembali).
Cara Kerja Obat : Pirantel
Pamoat melumpuhkan cacing dengan cara mendepolarisasi senyawa
penghambat neuromukuler dan mengeluarkannya dari dalam tubuh biasanya
tanpa memerlukan pencahar.
Peringatan dan Perhatian : sebaiknya
hindarkan dari penggunaan Combantrin semasa hamil dan anak di bawah
usia 2 tahun karena keamanan penggunaannya belum banyak diteliti/banyak
diketahui. Penggunaan combantrin bagi penderita gangguan hati sebaiknya
berhati-hati. Pemberian dengan piperazine dapat menyebabkan efek
antagonis.
Overdosis : belum pernah dilaporkan kasus overdosis. Jika terjadi overdosis dilakukan kuras lambung dan pengobatan supportif.
Kontra Indikasi : Penderita hipersensitif.
Efek Samping : Anoreksia
(nafsu makan hilang), mual, muntah, diare, sakit kepala, pusing,
mengantuk, merah-merah pada kulit, keringat dingin, berkeringat,
pruritus, urtikaria.
Aturan minum : Perhatikan
tabelaturan minim di bawah ini, untuk sekali pengobatan. Combantrin
cukup diminum sekali sebelum atau sesudah makan. Tidak Perlu berpantang
makan. Tidak perlu obat pencahar.
Aturan minum di bawah ini, untuk sekali pengobatan, cukup diminum sekali sebelum atau sesudah makan.
Setiap tablet mengandung pirantel pamoate setara dengan pirantel base 250mg.
Takaran tablet 250 mg untuk sekali pengobatan:
Umur 2-6 tahun : ½- 1 tablet
Umur 6-12 tahun : 1-1 ½ tablet
>12 tahun : 1 ½ -2 tablet.
Dulu pas minum obat cacing ini, Cuma
kerasa pusing2 aja sehari, habis itu kembali normal. Mungkin reaksi
obatnya yang membunuh cacing-cacing, manusia nya yang minum aja bisa
pusing, apalagi cacing yang kecil-kecil itu, pasti dah mampus semua.
Berikut artikel tentang cacingan yang saya kutip dari www.kompas.com :
SEBAIKNYA jangan lagi menganggap infeksi
cacingan sebagai perkara sepele. Meski memang belum terkabarkan infeksi
ini bisa menyebabkan kematian, namun tetap berbahaya. Infeksi
cacingansangat mengganggu kesehatan dan bisa membuat anak mudah sakit.
Peringatan tersebut disampaikan dr Adi Sasongko MA, Direktur
Pelayanan Kesehatan di Yayasan Kusuma Buana, saat ditemui Warta Kota
seusai tampil dalam seminar “Upaya PengembanganProgram Pemberantasan
Cacingan di DKI Jakarta, Yogyakarta, dan Denpasar”, pertengahan pekan
lalu. Seminar ini diselenggarakan atas kerjasama Yayasan Kusuma Buana, ,
dan Pemda DKI Jakarta.
Cacingan, kata Adi, adalah jenis infeksi
yang disebabkan karena adanya cacing dalam usus manusia. Bukan hanya
anak-anak yang bisa terkena infeksi ini, juga orang dewasa. Apalagi bila
orang itu tidak memedulikan kebersihan
“Jumlah cacing yang ada di dalam tubuh manusia, yang menyebabkan infeksi cacingan, tidak 1-2 ekor. Jumlahnya bisa puluhan, atau bahkan ratusan ekor. Cacing-cacing ini menghisap sari makanan dalam tubuh, hingga si penderita akan mengalami berbagai masalah kesehatan,” sambung Adi.
Bila terinfeksi cacingan, seseorang akan menderita “5 L”: lemah,
letih, loyo, lalai, dan lemas. Bila hal ini menimpa anak, maka akan
mengganggu pertumbuhannya. Kondisi “5 L” akan membuat anak mudah sakit.“Jumlah cacing yang ada di dalam tubuh manusia, yang menyebabkan infeksi cacingan, tidak 1-2 ekor. Jumlahnya bisa puluhan, atau bahkan ratusan ekor. Cacing-cacing ini menghisap sari makanan dalam tubuh, hingga si penderita akan mengalami berbagai masalah kesehatan,” sambung Adi.
“Bila terus didiamkan, dalam jangka panjang anak bisa terserang berbagai penyakit yang
diakibatkan kekurangan gizi, seperti hepatitis, rabun mata, dan berambut ijuk. Selain itu,
kemampuan belajar anak juga akan menurun, karena daya tangkap anak cacingan lebih lemah
daripada anak yang tidak cacingan,” ujar Adi lagi.
Sedangkan bila terjadi pada orang dewasa, maka orang itu terancam menderita amenia. Akibat lanjutannya, dalam kerangka lebih luas, akan menurunkan kualitas sumber daya manusia, karena produktivitas penderita cacingan pasti menurun.
Cacing gelang paling banyak Menurut penelitian, sambung Adi, ada 3 jenis cacing yang sering ditemukan dalam usus manusia, yaitu cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura), dan cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus). Setiap cacing memiliki ciri-ciri spesifik. Cacing gelang, misalnya, bisa mencapai panjang 15-35 cm, meski berada dalam perut manusia. Cacing ini juga mampu bertelur hingga 200.000 butir per hari, yang sebagian keluar bersama dengan tinja.
Sementara cacing cambuk (disebut begitu karena bentuknya seperti cambuk), panjangnya bisa mencapai 45 milimeter dan hidup dalam usus besar. Cacing ini, kalau mengeram dalam perut, bisa sangat merepotkan. “Cacing ini bisa menyebabkan seseorang diare disertai ingus dan darah.
Keadaan ini bisa berlangsung berbulan-bulan. Cacing cambuk menghisap sari makanan dan darah,” papar Adi.
Lebih ganas lagi adalah cacing tambang. Cacing ini menghisap darah dari dinding usus.
Penularan cacing ini melalui telur yang keluar bersama tinja, untuk kemudian menetas menjadi
larva.
“Pada saat berjalan tanpa alas kaki, larva ini dapat menembus kulit kaki dan selanjutnya terbawa oleh pembuluh darah ke dalam usus dan menetap di usus halus. Ukuran cacing ini paling kecil bila dibandingkan kedua cacing lainnya, hanya dapat mencapai 13 milimeter,” kata Adi.
Tanpa kita sadari, telur cacing gelang dan cambuk sebenarnya ada di mana-mana. Di udara, telur cacing yang berbahaya ini bercampur dengan debu, lalu diterbangkan angin. Telur cacing ini bisa hinggap pada makanan atau minuman yang dibiarkan terbuka.
“Jika makanan dan minuman itu dikonsumsi, maka ikut pula telur cacing itu. Dalam usus telur ini berkembang menjadi larva, untuk kemudian menjadi cacing dewasa.”
Karena itulah, kata Adi lagi, penderita infeksi cacingan sebenarnya sangat banyak. Menurut hasil penelitian Departemen Kesehatan tahun 1995 yang dilakukan di Sumater Utara, diperoleh hasil bahwa 60,2 persen anak-anak usia SD di sana menderita infeksi cacing gelang. Lainnya, 53,8 persen terinfeksi cacing cambuk dan 6,7 persen terinfeksi cacing tambang. Jadi cukup banyak anak yang dala perutnya terdap[at dua jenis cacing.
Jangan asal minum obat
Sayangnya, kata Adi, masyarakat kerap salah mengerti. Banyak yang menganggap, kalau sudah makan obat cacing yang banyak dijual di pasaran, maka semua cacing dalam perut akan mati. Dengan demikian, tubuh pun akan bebas dari cacing.
“Pada kemasan obat anti cacing umumnya tertulis, untuk menghindari cacingan, diharuskan
minum obat itu sebanyak dua sampai tiga kali dalam setahun. Sebenarnya membuat aturan seperti itu tidak dibenarkan. Minum obat cacing sifatnya hanya membuang cacing dari dalam tubuh, tapi tidak membuat tubuh kebal terhadap cacing,” ujar Adi lagi.
Menurut Adi, meminum obat cacing bukanlah solusi untuk menghilangkan cacing. Cacing
memang hilang, tapi hanya sementara waktu. Pada kesempatan lain ia akan berbiak lagi.
“Bila seseorang menderita cacingan, disarankan untuk melakukan pemeriksaan di laboratorium, setelah sebelumnya memeriksakan diri ke dokter umum atau puskesmas. Tinja pasien akan diperiksa, untuk mengetahui jenis cacing apa yang menyerang orang tersebut,” ujarnya lagi.
Bila jenis cacing yang mengeram dalam perut sudah diketahui, dokter akan memberikan obat cacing yang tepat. Dosisnya pun akan disesuaikan dengan berat badan pasien. Dan yang lebih penting lagi, tubuh pasien akan kebal terhadap serangan jenis cacing tersebut.
Adi menyarankan pemeriksaan laboratorium ini dilakukan enam bulan sekali. “Tapi pengobatan secara laboratoris itu harus pula diimbangi menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Kalau tidak, cacing itu akan kembali menyerang,” kata Adi.
Sumber:
Berikut jenis-jenis cacing yang dapat menginfeksi tubuh kita, yang penulis kutip dari majalahkesehatan.com, jangan khawatir, sebab cacing ini dapat dibasmi oleh obat cacing combantrin.
Cacingan masih merupakan masalah utama
kesehatan anak-anak Indonesia. Sanitasi yang buruk dan kurangnya
kesadaran pola hidup bersih adalah dua faktor penyebab utama tingginya
prevalensi cacingan. Berikut adalah empat jenis cacing yang paling umum
menginfeksi manusia.
1. Cacing Gelang (Ascaris Lumbricoides)
Cacing gelang adalah cacing yang paling
umum menginfeksi manusia. Cacing gelang dewasa berukuran 10 – 30 cm
dengan tebal sebesar pensil dan dapat hidup hingga 1 sampai 2 tahun.
Siklus hidup cacing gelang:
Cacing gelang menular melalui makanan dan
minuman yang terkontaminasi telurnya. Ketika sekelompok telur cacing
tertelan dan memasuki usus, mereka menetas menjadi larva. Larva kemudian
beredar melewati dinding usus, menuju paru-paru melalui aliran darah.
Selama tahap ini, gejala seperti batuk (bahkan batuk cacing) dapat
terjadi. Dari paru-paru, larva memanjat melalui saluran bronkial ke
tenggorokan, di mana mereka kemudian tertelan melalui ludah. Larva lalu
kembali ke usus kecil hingga tumbuh menjadi dewasa, kawin, dan bertelur
dalam 2 bulan setelah telur menetas.
Seekor cacing betina dapat memproduksi
hingga 240.000 telur dalam sehari, yang kemudian dibuang ke dalam tinja
dan menetas di dalam tanah. Anak-anak sangat rentan terhadap infeksi
cacing gelang karena mereka cenderung meletakkan segala sesuatu di mulut
mereka, termasuk tanah, dan sering kurang bisa menjaga kebersihan
dibandingkan orang dewasa.
Cacingan ringan biasanya tidak
menimbulkan gejala. Gejala baru muncul pada cacingan yang parah.
Anak-anak lebih mungkin dibanding orang dewasa untuk mengalami gangguan
gastrointestinal dan gejala kurang gizi. Perut buncit dan lesu/kurang
semangat bisa menjadi pertanda anak terkena infeksi cacing gelang yang
parah.
2. Cacing kremi Enterobius vermicularis)
Seperti halnya cacing gelang, cacing
kremi atau cacing kerawit hanya menginfeksi manusia, Anda tidak bisa
tertulari cacing ini dari hewan peliharaan.
Siklus hidup cacing kremi:
Telur cacing kremi dapat menempel pada
tangan Anda melalui kotoran manusia. Ketika tangan Anda yang tercemar
masuk ke mulut Anda, telur dapat masuk ke dalam tubuh, menetas dalam
usus kecil dan bergerak turun ke usus besar. Di sana cacing kremi
melekat pada dinding usus dan makan. Ketika mereka siap bertelur, cacing
pindah dan bertelur pada kulit berlipat di sekitar dubur. Saat itulah
Anda mungkin curiga terkena cacingan karena merasakan gatal-gatal di
sekitar anus (pruritus) yang biasanya lebih intens di malam hari.
Dibutuhkan waktu sekitar satu bulan dari menelan telur cacing ke
merasakan gatal-gatal di anus. Cacing kremi dewasa berukuran 3-10 mm
sehingga bisa dilihat dengan mata telanjang.
Telur cacing kremi dapat bertahan hidup
hingga tiga minggu. Karena bentuknya yang sangat kecil, Anda tidak dapat
melihatnya sehingga bisa tanpa sengaja tertulari ketika menggunakan
baju, kasur, bantal, mainan anak, uang kertas, peralatan makan, atau
peralatan mandi/toilet.
Untuk memastikan apakah gatal-gatal
disebabkan oleh cacing kremi, Anda dapat meletakkan sepotong selotip di
anus. Semua cacing atau telur akan menempel ke selotip. Lalu bawalah
selotip itu ke dokter untuk diperiksa.
3. Cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus)
Cacing tambang bisa menginfeksi manusia maupun mamalia lain seperti kucing dan anjing.
Siklus hidup cacing tambang:
Cacing tambang dewasa berada dalam usus
kecil manusia, di mana mereka melekatkan diri di dinding usus dengan
mulut mereka. Mereka makan darah dan menyebabkan perdarahan di usus yang
ditempati.
Cacing betina memproduksi telur cacing,
yang dikeluarkan lewat tinja. Jika tinja jatuh ke tanah, dan cuaca
hangat, telur cacing akan menetas menjadi larva dalam waktu sekitar dua
hari. Larva kemudian menjadi dewasa dalam seminggu, dan dapat bertahan
untuk waktu yang lama jika kondisi mendukung. Larva yang mendapatkan
kontak dengan kaki telanjang manusia akan menembus kulit kaki dan masuk
ke paru-paru melalui sirkulasi darah. Larva kemudian bergerak ke saluran
udara menuju tenggorokan dan tertelan. Mereka menuju ke usus kecil.
Larva lalu melekat pada dinding usus dan berkembang menjadi cacing
dewasa. Pada sekitar usia lima bulan, cacing mulai memproduksi telur.
Infeksi cacing tambang biasanya tidak memberikan gejala spesifik. Anemia (kekurangan darah) dan keluhan terkait peradangan usus seperti mual, sakit perut dan diare adalah beberapa gejala yang mungkin timbul.
4. Cacing cambuk (trichinella spiralis)
Cacing cambuk ditularkan melalui konsumsi
daging hewan yang mengandung larva cacing ini. Cacing cambuk dewasa
mencapai panjang sekitar 1- 2 mm.
Siklus hidup cacing cambuk:
Manusia terinfeksi karena memakan daging
mentah atau setengah matang dari hewan yang terinfeksi, terutama babi,
babi hutan, dan beruang. Larva lalu masuk ke usus kecil, menembus
mukosa, dan menjadi dewasa dalam 6-8 hari. Cacing betina dewasa
melepaskan larva yang bisa bertahan hidup sampai 6 minggu. Larva yang
baru lahir bermigrasi melalui aliran darah dan jaringan tubuh, tetapi
akhirnya hanya bertahan di sel otot rangka lurik. Larva mengkista (encyst)
sepenuhnya dalam 1-2 bulan dan tetap hidup hingga beberapa tahun
sebagai parasit intraselular. Larva yang mati akhirnya diserap kembali
tubuh. Siklus ini terus berlanjut hanya jika larva mengkista dicerna
oleh karnivora lain.
Gejala awal infeksi cacing cambuk termasuk edema, nyeri otot, dan demam.
5. Cacing pita (Taenia saginata dan Taenia solium)
Cacing pita adalah parasit manusia dan
hewan ternak. Ada dua jenis cacing pita yang menjadikan manusia sebagai
inang antara maupun inang permanen:
a. Cacing pita sapi (Taenia saginata)
Taenia saginata adalah raksasa di antara semua cacing parasit. Panjang taenia saginata
bisa mencapai 8 meter, hampir sepanjang saluran pencernaan manusia
dewasa. Cacing pita ini berwarna putih pucat, tanpa mulut, tanpa anus
dan tanpa saluran pencernaan. Badannya tidak berongga dan terdiri dari
segmen-segmen berukuran 1X1,5 cm. Taenia saginata bisa hidup sampai 25 tahun di dalam usus inangnya.
Siklus hidup Taenia saginata:
Cacing pita sapi memiliki siklus yang
rumit dan berakhir pada manusia sebagai inang tetapnya. Cacing pita
dewasa melepaskan telur-telurnya bersama segmen badannya. Segmen ini
bila mengering di udara luar akan melepaskan telur-telur cacing yang
dapat termakan oleh sapi saat merumput. Enzim pencernaan sapi membuat
telur menetas dan melepaskan zigot yang kemudian menembus lapisan mukosa
saluran pencernaan untuk memasuki sirkulasi darah. Dari pembuluh darah,
zigot akan menetap di otot membentuk kista, seperti pada cacing cambuk.
Bila daging sapi berisi kista tersebut dimakan manusia dalam keadaaan
mentah atau setengah matang, enzim-enzim pencernaan akan memecah kista
dan melepaskan larva cacing. Selanjutnya, larva cacing yang menempel di
usus kecil akan berkembang hingga mencapai 5 meter dalam waktu tiga
bulan.
Selain masalah gizi, kehadiran cacing pita umumnya menyebabkan gejala perut ringan sampai sedang (mual, sakit, dll).
b. Cacing pita babi (Taenia solium)
Taenia solium adalah kerabat dekat Taenia saginata
yang memiliki siklus hidup hampir sama, namun inang perantaranya adalah
babi. Manusia terinfeksi dengan memakan daging babi berisi kista Taenia solium. Cacing ini sedikit lebih kecil dari Taenia saginata (3-4 m panjangnya), tetapi lebih berbahaya. Berbeda dengan Taenia saginata yang hanya membentuk kista di daging sapi, Taenia solium
juga mengembangkan kista di tubuh manusia yang menelan telurnya. Kista
tersebut dapat terbentuk di mata, otak atau otot sehingga menyebabkan
masalah serius. Selanjutnya, jika tubuh membunuh parasit itu, garam
kalsium yang terbentuk di tempat mereka akan membentuk batu kecil di
jaringan lunak yang juga mengganggu kesehatan.
Berikut Obat cacing secara tradisonal (tanamanobat.com)
atau mungkin saja di tempat ada tidak ada yang menjual obat cacing, silahkan deh coba obat cacing herbal ini :
Obat Herbal Cacingan
Gejala cacingan yaitu tubuh kurus dan
perut membuncit. Cacingan disebabkan oleh telur cacing yang masuk ke
dalam perut dan menetas menjadi anak cacing (larva). Di dalam perut
inilah larva cacing mengisap sari makanan. Hal inilah yang menyebabkan
orang yang mengidap cacingan menjadi kurus meskipun banyak makan.
Pengobatan (Pilih Salah satu ramuan di bawah ini):
Ramuan Tanaman obat Herbal cacingan 1 :
25 gram bangle, 25 gram temu hitam, 10
gram biji ketumbar, dan 5 buah tangkai daun sirih (diiris-iris tipis)
direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc kemudian diminum selagi
hangat, untuk 2 kali minum.
Pemakaian : Konsumsi secara teratur 2 kali sehari
Ramuan Tanaman obat Herbal cacingan 2 :
60 gram krokot segar direbus dengan 600
cc air hingga tersisa 300 cc, kemudian airnya diminum selagi hangat dan
krokotnya dimakan.
Pemakaian : Konsumsi secara teratur 2 kali sehari
Ramuan Tanaman obat Herbal cacingan 3 (Khusus untuk Cacing Kremi):
1 pilah daun pepaya dan 15 gram akar
pohon bunga melati direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc,
kemudian airnya diminum selagi hangat.
Pemakaian : Konsumsi secara teratur 2 kali sehari
Ramuan Tanaman obat Herbal cacingan 4 (Khusus untuk Cacing Kremi):
3 butir bawang putih, 30 gram akar
pepaya, dan gula merah secukupnya (dipotong-potong) direbus dengan 600
cc air hingga tersisa 300 cc. Airnya diminum selagi masih hangat, untuk
dua kali minum.
Pemakaian : Konsumsi secara teratur 2 kali sehari
Ramuan Tanaman obat Herbal cacingan 5 (Khusus untuk Cacing Gelang):
2 sendok makan biji pepaya yang sudah
dikeringkan digiling hingga menjadi bubuk, diseduh dengan ½ gelas air,
tambahkan madu secukupnya, diaduk hingga rata, kemudian diminum.
Pemakaian : Konsumsi secara teratur 2 kali sehari
Ramuan Tanaman obat Herbal cacingan 6 :
3 gram biji ceguk , 2,5 gram rimpang temu
hitam, 3 gram rimpang temu giring matang dihaluskan campurkan dengan
110 ml air matang, peras.
Pemakaian : Minum 1 kali sehari sebanyak 100 ml dan diulang selama 3 hari.
Ramuan Tanaman obat Herbal cacingan 7 :
3-5 butir biji jeruju digiling sampai halus, lalu seduh dengan ½ cangkir air panas. Dinginkan
Pemakaian : Minum sekaligus. Lakukan selama 2-4 hari berturut-turut.
Ramuan Tanaman obat Herbal Tradisional cacingan 8 :
¼ butir buah kelapa dan 1 buah wortel diparut, lalu campur dengan segelas air. Setelah itu, peras dan saring.
Pemakaian : Minum pada malam hari menjelang tidur.
Ramuan tanaman Obat Herbal Tradisional cacingan 9 :
7 gram akar delima kering diccuci,dipotong-potong, lalu direbus dengan satu gelas air selama 15 menit. Setelah dingin, saring.
Pemakaian : minum sekaligus.
Ramuan Tanaman obat Herbal Tradisional cacingan 10 :
15 gram kulit delima kering, 15 gram
serbuk biji pinang, dan 3 gelas air bersih direbus hingga mendidih
dengan api kecil selama 1 jam. Setelah dingin, saring.
Pemakaian : Minum sekaligus sebelum makan pagi.
Air perasan (Jus) Nanas: dapat mengobati cacingan, radang tenggorokan, Beri-beri, menurunkan berat badan, masalah pencernaan
Cacing hidup sebagai parasit di dalam perut atau tubuh kita. Cacing
sering menyerang anak-anak, mungkin karena mereka sering bermain di
luar rumah atau tempat yang tidak bersih dan juga pertahan tubuh
mereka terhadap penyakit belum baik. Penderita penyakit cacingan
badannya menjadi kurus dan wajahnya menjadi pucat, sebab sebagian zat
makananya di makan oleh cacing.Penyembuhan tradisionalnya ada beberapa cara :
- Biji lamtoro disangrai sampai hitam lalu ditumbuk hingga halus.Seduh dengan air panas seperti meneduh kopi. Minumkanlan kepada si anak yang cacingan..
- Air perasan wortel dicampur dengan santan, masinng-masing 1 cangkir, ditambah dengan garam secukupnya. Ramuan di minum penderita cacingan. Dengan cara ini cacing dalam perut akan mati.
- Makan biji lamtoro/petai cina tua yang banyak. Paling baik dilakukan setiap hsri selama satu minggu. Cacing-cacing akan mati.
- Sebatang akar delima merah dicuci sampai bersih dan direbus dengan air sebanyak 3 gelas. Didihkan hingga airnya bersisa 1,5 gelas. Kemudian minum setiap pagi dan sore.
Cara penyembuhan tradisionalnya antara lain:
- Parutlah bawang putih kira-kira 2 sendok teh dan campur dengan madu lebah. Minumkanlah kepada anak yang cacingan setiap bangun tidur di pagi hari. Lakukan 3 kali berturut-turut.
- Sesiung bawang putih yang berukuran sedang diparut. Tambah 2/3 gelas air matang, kemudian disaring . Minumkan pada penderita cacing gelang.
- Dua sampai tiga siung bawang merah (brambang) digiling dan di parut, tempelkan di dubur yang gatal. Dlam waktu singkat, rasa gatal di dubur akan segera hilang. Lakukan menjelang tidur.
- Sesiung bawang putih dan temu hitam sebesar ibu jari diparut. Setelah di tambah madu sebanyak 2 sendok teh, peraslah dan saring. Berikan air ramuan ini 2 kali seminggu.
- Gilinglah 2-3 siung bawang putih lalu tempelkan ramuan itu pada dubur yang gatal. Dalm waktu singkat gangguan dan rasa gatal akan hilang. Gunakan obat ini menjelang tidur.
Saran saya, ngapain repot buat ramuan, tinggal beli aja obat cacing ke apotek terdekat,..Semuanya,beres,..
Semoga cacing segera menghilang dari tubuh anda,…
0 komentar:
Post a Comment