Translate

Showing posts with label SEJARAH. Show all posts
Showing posts with label SEJARAH. Show all posts

Mengenang Lamellong Kajaolalliddong: Yang Berperan Besar Dalam Kerajaan Bone



Lamellong dikenal sebagai orang yang paling berperan dalam menciptakan pola dasar pemerintahan Kerajaan Bone di masa lampau. Tepatnya pada abad ke-16 masa pemerintahan Raja Bone ke-6 La Uliyo Bote’E (1543-1568) dan raja Bone ke-7 Tenri Rawe BongkangngE (1568-1584). Lamellong muncul ibarat bintang gemilang di kerajaan. Dengan pokok-pokok pikiran tentang hukum dan ketatanegaraan. Pokok-pokok pikiran beliau menjadi acuan bagi Raja dalam melaksanakan aktivitas pemerintahan.

Tentang Lamellong di tanah Bugis, dilacak melalui sumber-sumber lisan berupa cerita rakyat dan catatan sejarah, baik dari lontara maupun tulisan-tulisan lainnya. Serpihan tulisan yang ada lebih banyak mencatat tentang buah pikirannya yang menyangkut “Konsep Hukum dan Ketatanegaraan” dalam bahasa Bugis Bone disebut “Pangngadereng”.
                                                     
Dalam lintasan perjalanan Kerajaan Bone dilukiskan, betapa besar jasa Lamellong dalam mempersatukan tiga Kerajaaan Bugis, yakni Bone, Soppeng, dan Wajo, dalam sebuah ikrar sumpah setia untuk saling membantu dalam hal pertahanan dan pembangunan kerajaan. Ikrar ini dikenal dengan nama “Lamumpatua” ri Timurung tahun 1582 pada masa pemerintahan La tenri Rawe BongkangngE.
Dalam ikrar itu ketiga raja yakni, La Tenri Rawe BongkangngE (Bone), La Mappaleppe PatoloE (Soppeng), dan La Mungkace To Uddamang (Wajo) menandai ikrar itu dengan menenggelamkan tiga buah batu.

Pokok-pokok pikiran Lamellong yang dianjurkan kepada raja Bone ada empat hal, yakni :

1.Tidak membiarkan rakyatnya bercerai-berai;

2.Tidak memejamkan mata siang dan malam;

3.Menganalisis sebab akibat suatu tindakan sebelum dilakukan; dan

4.Raja harus mampu bertututur kata dan menjawab pertanyaan.

Gelar Kajao
Karena pola pikiran dan kemampuannya yang luar biasa itu, maka Lamellong diberi gelar penghargaan dari kerajaan yang disebut “Kajao Lalliddong”. Kajao berarti orang cerdik pandai dari kampung Lalliddong. Ia dilahirkan pada masa pemerintahan Raja Bone ke-4 We Benrigau (1496-1516).
Sejak kecil dalam diri Lamellong telah nampak adanya bakat-bakat istimewa untuk menjadi seorang ahli pikir yang cemerlang.. Bakat-bakat istimewa itu kemudian nampak menjelang usia dewasanya yang dilatarbelakangi iklim yang bergolak, di mana pada zaman itu Gowa telah berkembang sebagai kerajaan yang kuat di jazirah Sulawesi Selatan. Kerajaan-kerajaan kecil yang merdeka di Sulawesi Selatan satu demi satu ditaklukkannya baik secara damai maupun kekerasan. Hanya Kerajaan Bonelah yang masih dapat mempertahankan diri dari ekspansi Gowa. Akan tetapi lambat laun Kerajaan Bone dalam keadaan terkepung menyebabkan kerajaan dan rakyat Bone dalam situasi darurat, namun akhirnya dua kerajaan yang berseteru berdamai.

Menurut catatan Lontara, bahwa pada masa pemerintahan Raja Bone ke-7 La Tenri Rawe BongkangngE. Lamellong atau Kajao lalliddong diangkat menjadi penasihat dan Duta Keliling Kerajaan Bone. Ia dikenal sebagi seorang ahli pikir besar, negarawan, dan seorang diplomat ulung bagi negara dan bangsanya.
Dalam perjanjian Caleppa (Ulu Kanaya ri Caleppa) antara Kerajaan Bone dan Gowa tahun 1565. Lamellong atau Kajao Lalliddong memainkan peranan penting. Juga perjanjian persekutuan antara kerajaan Bone,Soppeng, dan Wajo yang disebut Perjajnjian LamumpatuE ri Timurung tahun 1582.

Ajaran-ajaran Kajao termuat dalam berbagai Lontara diantaranya LATOA seperti beberapa alinea yang dikutip berikut ini :

Dalam dialog Kajao dengan raja Bone (berkata Raja Bone : Apa tandanya apabila negara itu mulai menanjak kejayaannya? Jawab Kajao : Duwa tanranna namaraja tanae, yanaritu seuwani namalempu namacca Arung MangkauE, madduwanna tessisala-salae. Artinya : dua tandanya negara menjadi jaya, pertama raja yang memerintah memiliki kejujuran serta kecerdasan, kedua di dalam negeri tidak terjadi perselisihan.

Selain itu, ajaran Lamellong Kajao Lalliddong mengenai pelaksanaan pemerintahan dan kemasyarakatan yang disebut “Inanna WarangparangngE” yaitu sumber kekayaan, kemakmuran, dan keadilan antara lain :

1. Perhatian Raja terhadap rakyatnya harus lebih besar dari pada perhatian terhadap dirinya sendiri;
2. Raja harus memiliki kecerdasan yang mampu menerima serta melayani orang banyak;
3. Raja harus jujur dalam segala tindakan.
Tiga faktor utama yang ditekankan Kajao dalam pelaksanaan pemerintahan, merupakan ciri demokratisasi yang membatasi kekuasaan Raja, sehingga Raja tidak dapat bertindak sewenang-wenang dalam menjalankan norma yang telah ditetapkan. Tentang Pembatasan kekuasaan, dalam lontara disebutkan, bahwa Arung Mangkau berkewajiban untuk menghormati hak-hak orang banyak. Perhatian Raja harus sepenuhnya diarahkan kepada kepentingan rakyat sesuai amanah yang telah dipercayakan kepadanya.

Lebih jauh Lamellong Sang Kajao menekankan bahwa raja dalam melaksanakan roda pemerintahannya harus berpedoman kepada “Pangngadereng” (Sistem Norma). Adapun sistem norma menurut konsep Lamellong Kajao Lalliddong sebagai berikut :

1. ADE’

Ade merupakan komponen pangngaderen yang memuat aturan-aturan dalam kehidupan masyarakat. Ade’ sebagai pranata sosial didalamnya terkandung beberapa unsur antara lain :
a. Ade pura Onro, yaitu norma yang bersifat permanen atau menetap dengan sukar untuk diubah.

b. Ade Abiasang, yaitu sistem kebiasaan yang berlaku dalam suatu masyarakat yang dianggap tidak bertentangan dengan hak-hak asasi manusia.

c. Ade Maraja, yaitu sistem norma baru yang muncul sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

2. BICARA
Bicara adalah aturan-aturan peradilan dalam arti luas. Bicara lebih bersifat refresif, menyelesaikan sengketa yang mengarah kepada keadilan dalam arti peradilan bicara senantiasa berpijak kepada objektivitas, tidak berat sebelah. Pabbicara diera sekarang ini adalah Hakim.

3. RAPANG
Rapang adalah aturan yang ditetapkan setelah membandingkan dengan keputusan-keputusan terdahulu atau membandingkan dengan keputusan adat yang berlaku di negeri tetangga.

4. WARI
Wari adalah suatu sistem yang mengatur tentang batas-batas kewenangan dalam masyarakat, membedakan antara satu dengan yang lainnya dengan ruang lingkup penataan sistem kemasyarakatan, hak, dan kewajiban setiap orang.

Setelah agama Islam resmi menjadi agama Kerajaan Bone pada abad ke-17, maka keempat komponenpangngadereng (Ade, Bicara, Rapang, dan Wari) ditambah lagi satu komponen, yakni Sara (Syariah). Dengan demikian ajaran Kajao Lalliddong tentang hukum yang mengatur kehidupan masyarakat, baik secara individu maupun kominitas dalam wilayah kerajaan, dengan ditambahkannya komponen sara diatas menjadi semakin lengkap dan sempurna. Ajaran Kajao ini selanjutnya menjadi pegangan bagi kerajaa-kerajaan Bugis yang ada di Sulawesi Selatan.

Dapat dikatakan, bahwa lewat konsep “Pangngadereng” ini menumbuhkan suatu wahana kebudayaan yang tak ternilai bukan hanya bagi masyarakat Bugis di berbagai pelosok nusantara. Bahkan ajaran Kajao Lalliddong ini telah memberi warna tersendiri peta budaya masyarakat Bugis, sekaligus membedakannya dengan suku-suku lain yang mendiami nusantara ini.

Semasa hidupnya Kajao Lalliddong senantiasa berpesan kepada siapa saja, agar bertingkahlaku sebagai manusia yang memiliki sifat dan hati yang baik. Karena menurutnya, dari sifat dan hati yang baik, akan melahirkan kejujuran, kecerdasan, dan keberanian. Diingatkan pula, bahwa di samping kejujuran, kecerdasan, dan keberanian maka untuk mencapai kesempurnaan dalam sifat manusia harus senantiasa bersandar kepada kekuasaan “Dewata SeuwwaE” (Tuhan Yang Maha Esa). Dan dengan ajarannya ini membuat namanya semakin populer, bukan hanya dikenal sebagi cendekiawan, negarawan, dan diplomat ulung, tetapi juga dikenal sebagi pujangga dan budayawan.

Nama dan jasanya sampai kini terpatri dalam hati sanubari masyarakat Bone khususnya, bahkan masyarakat bugis pada umumnya. Dia adalah peletak dasar konsep-konsep hukum (Pangngadereng) dan ketatanegaraan yang sampai kini msaih melekat pada sikap dan tingkah laku orang Bugis.

Saat-saat Terakhir dalam Hidupnya
Mengingat usia Lamellong Kajao Lalliddong pada akhir pemerintahan Latenri Rawe Bongkangnge (1584) sudah mencapai 71 tahun, maka banyak yang berpendapat, bahwa pada masa pemerintahan raja Bone ke-8 peranan Kajao Lalliddong secara pisik sebagai penasihat kerajaan tidak lagi terlalu nampak, kecuali buah-buah pikirannya tetap menjadi acuan bagi raja dalam melaksanakan aktivitasnya. Pada masa inilah Lamellong yang digelar Kajao Lalliddong meninggal dunia.

Sumber-sumber lisan misalnya cerita rakyat di Kabupaten Bone menyebutkan bahwa di saat usia uzur, beliau memilih meninggalkan istana raja dan kembali ke kampung kelahirannya di Lalliddong yang pada saat itu berada dalam wilayah wanua Cina. Tetapi bukan berarti buah-buah pikirannya tidak lagi dibutuhkan. Setiap saat raja dan aparatnya masih tetap meminta pendapat bila ada hal-hal yang sulit untuk dipecahkan.

Tentang pemberian gelar “Kajao” yang menurut bahasa Bugis, hanya diperuntukkan bagi nenek perempuan, hal ini menimbulkan analisis, bahwa selama hidupnya Kajao Lalliddong berperan sebagai “Rohaniawan” (Bissu) di mana pada saat itu Kerajaan Bone masih dipengaruhi oleh agama Hindu. Dengan peranannya sebagai Bissu, maka tingkah lakunya selalu namapak sebagai layaknya seorang perempuan.

Di desa Kajao Lalliddong Kecamatan Barebbo kabupaten Bone ada dua versi tentang peristiwa meninggalnya ahli pikir kerajaan Bone itu. Versi pertama menyebutkan, bahwa Kajao Lalliddong diakhir hidupnya ditandai dengan peristiwa “Mallajang” (menghilang) bersama anjing kesayangannya. Pada saat itu Kajao Lalliddong bersama anjingnya berjalan-jalan di Kampung Katumpi sebelah selatan kampung Lamellong, namun setelah dilakukan pencarian, ternyata Kajao Lalliddong bersama anjingnya tidak dapat ditemukan. Dengan demikian orang-orang di kampung Lalliddong menyatakan “Mallajang” (menghilang).

Versi kedua menyatakan di saat usia Kajao lalliddong bertambah uzur, pada akhirnya menghembuskan nafas terakhir dengan tenang. Hanya tidak disebutkan bagaimana proses pemakamannya, apakah mengikuti prosesi animisme, atau agama Hindu, yakni dibakar atau dimakamkan sebagaimana kebiasaan orang Bugis saat itu.

Tentang makamnya yang terletak di Desa Lalliddong sekarang ini, menurut penduduk setempat pada mulanya hanyalah merupakan kuburan biasa yang ditandai sebuah batu sebagai nisan. Nanti pada suatu saat beberapa turunannya mengambil inisiatif dengan memugarnya, sehingga sekarang nampak lebih unik dari kuburan lainnya.

Di sekitar makam Kajao Lalliddong terdapat beberapa kuburan tua. Menurut cerita penduduk di desa itu yang merasa turunannya, bahwa kuburan-kuburan itu adalah sanak keluarga Lamellong Kajao Lalliddong di masa hidupnya. Sedikitnya ada empat kuburan tua yang terdapat disekitar kuburan Kajao Lalliddong samapai sekarang tetap terjaga dan terpelihara.

Menurut sumber yang dapat dipercaya, bahwa saat-saat terakhir kehidupan Lamellong Kajao Lalliddong memperlihatkan hal-hal yang istimewa tentang ilmu kebatinan. Bahkan masyarakat banyak menganggap Kajao Lalliddong memilki berkah, sehinnga setiap saat dikunjungi oleh banyak orang.

Tongkat Lamellong
Di dusun Lamellong sekarang ini terdapat sebuah pohon besar yang berdiameter kira-kira 10 meter lebih hingga sekaran masih nampak berdiri dan tumbuh menjulang tinggi. Masyarakat meyakini pohon itu adalah tongkat Lamellong.

Konon pada suatu hari, Lamellong pernah mengambil pohon” Nyelle “ yang masih kecil untuk dijadikan tongkat. Namun karena tongkat itu tidak lagi digunakan maka dipancangkannya di atas tanah. Ternyata tongkat kayu itu kemudian tumbuh dengan suburnya, sampai sekarang pohon itu masih ada. Bahkan poho besar itu dijadikan penanda oleh penduduk setempat kapan mulainya musim tanam jagung. Menurut para petani di kampung Lalliddong apabila pohon nyelle itu sudah betul-betul rimbun maka tibalah saatnya menanam jagung. Selain itu pelaut-pelaut dari Sulawesi Selatan dan Tenggara yang akan berlabuh di Barebbo, maka pohon itulah dijadikan sebagai pedoman. Menurut mereka, selagi masih jauh dari daratan sudah kelihatan, puncak pohon ini sayup-sayup melambai.
Benar atau tidak, yang jelas bahwa pohon nyelle tersebut yang diyakini masyarakat setempat sebagai tongkat Lamellong, masih dapat disaksikan keberadaannya hinnga saat ini. Oleh sebagian masyarakat setempat menganggap pohon besar itu “angker”


LAGENDA TERBESAR SEPAKBOLA INDONESIA

91 tahun lalu, seorang legenda mungil asli Sulawesi Selatan lahir ke dunia. Takdir sempat membawanya bertemu Lev Yashin dan membuat kiper terbaik sepanjang masa itu terpana.



Ia dikenal luas sebagai salah satu legenda terbesar sepakbola Indonesia. Sosoknya terawetkan di Makassar baik itu karena prestasinya bersama PSM Makassar dan juga keberadaan patung replika dirinya di Lapangan Karebosi (meski kini sudah dibongkar). Dialah Ramang, yang oleh FIFA diakui sebagai sosok yang menginspirasi puncak kejayaan sepakbola Indonesia di tahun 1950-an.
Hari ini, Jumat (24/4), adalah peringatan ulang tahun ke-91 Ramang yang lahir di Barru, Sulawesi Selatan pada 24 April 1924. Ia memang sudah tiada sejak 1987 silam, namun namanya akan selalu dikenang oleh para penggemar sejati sepakbola Indonesia, terutama bagi fans PSM.
Pria bernama lengkap Andi Ramang memang dikenal sebagai striker kelas atas Indonesia pada dekade 40-an akhir hingga 60-an. Memiliki tendangan sangat keras, diberkahi kaki kanan dan kiri yang sama-sama hidup, gemar melakukan tembakan salto, dan punya kecepatan di atas rata-rata, tak pelak menjadikan Ramang sebagai pesepakbola nasional terbaik di eranya.
Ia juga begitu terikat dengan PSM, sampai-sampai julukan klub sebagai Pasukan Ramang terinspirasi dari namanya. Sebab, hampir seluruh kariernya ia habiskan bersama tim kebanggaan kota Makassar itu. Terbagi dalam dua periode (1947-1960 dan 1962-1968), Ramang mampu mempersembahkan dua gelar perserikatan kepada Juku Eja.

Namun, yang paling fenomenal dari Ramang adalah cerita manisnya bersama timnas Indonesia. FIFA bahkan pernah mengangkat kisah kehebatan Ramang ini secara khusus dalam situs resmi mereka dalam peringatan ke-25 tahun kematiannya pada 26 September 2012 lalu.
Diberi judul “Orang Indonesia yang Menginspirasi Puncak Sukses Tahun 1950-an (Indonesian who inspired ’50s meridian), FIFA memusatkan kegemilangan Ramang ketika memperkuat Tim Merah Putih di Olimpiade Melbourne 1956. Ajang tersebut dinilai sebagai prestasi paling mentereng timnas Indonesia di level internasional setelah menjadi negara Asia pertama yang tampil di Piala Dunia 1938 dengan masih bernama Hindia-Belanda.
Partai yang paling berkesan, tentu saja saat Indonesia berhasil menahan imbang 0-0 tim kuat Uni Soviet di babak perempat-final ajang Olimpiade tersebut. Ibarat kurcaci melawan sekumpulan bajak laut, Ramang mencuat sebagai kurcaci paling menonjol yang membuat Uni Soviet kalang kabut dan bahkan hampir menjebol kiper Lev Yashin, yang kini dikenang sebagai kiper terhebat sepanjang masa.
"Bek-bek Uni Soviet yang bertubuh raksasa langsung terbangun saat Ramang, penyerang lubang bertubuh kecil, melewati dua pemain dan memaksa Yashin melakukan beberapa kali penyelamatan. Pada menit ke-84, pemain berusia 32 tahun itu [Ramang] hampir saja membuat Indonesia unggul, yang bakal menjadi puncak kejutan, andai saja tendangannya tidak ditahan oleh pria yang dikenal luas sebagai kiper terhebat dalam sejarah sepakbola," demikian tulis FIFA.
Ramang sendiri menjelaskan, ia seharusnya bisa menjebol gawang Yashin dalam laga yang hingga kini dikenang bak cerita dongeng oleh masyarakat Indonesia. “Ketika itu saya hampir mencetak gol, tapi baju saya ditarik dari belakang oleh pemain lawan,” tuturnya.

Setelah Uni Soviet tahu siapa sosok sesungguhnya di balik nomor punggung 11 timnas Indonesia, mereka lantas memberikan penjagaan di partai ulangan. Pada akhirnya, Indonesia, yang saat itu dilatih pelatih legendaris Antun Pogacnik, terpaksa takluk 4-0 sehingga gagal melaju ke semi-final.
Status Macan Asia yang disematkan kepada Indonesia sebenarnya tak bisa dilepaskan dari Ramang. Dalam sebuah tur ke Asia Timur pada tahun 1953, Indonesia mampu memenangkan lima dari enam laga yang dipertandingkan, kalah sekali dari Korea Selatan. Menariknya, Ramang mencetak 19 gol dari total 25 gol Indonesia di keenam pertandingan tersebut!
Kisah sukses Ramang dan timnas Indonesia tak berhenti di situ. Ia hampir membawa Indonesia ke Piala Dunia 1958 setelah dua golnya menyingkirkan Tiongkok dengan skor agregat 4-3 di babak kualifikasi. Indonesia kemudian melaju ke putaran kedua kualifikasi dan tergabung dengan Sudan, Israel, dan Mesir. Sayang, Indonesia mengundurkan diri lantaran enggan bertanding melawan Israel karena alasan politik. Andai menjadi juara grup, Ramang dkk. bakal lolos ke Swedia untuk melakoni debut Piala Dunia dengan nama Indonesia.
Ramang turut menginspirasi kesuksesan Indonesia menahan imbang Jerman Timur 2-2 dalam sebuah laga persahabatan di Jakarta pada 1959, sebelum sukses mengoleksi 20 gol dalam Turnamen Merdeka 1960 di mana Indonesia muncul sebagai juara ketiga.

Sayang, kisah mengesankan Ramang di dunia sepakbola tidak semanis nasibnya di kehidupan sehari-hari. Ya, meski punya skill mumpuni, Ramang hidup di sebuah era di mana sepakbola bukanlah sebuah pilihan hidup menjanjikan. Ia sempat menyebut pesepakbola tidak lebih berharga dari kuda pacuan. “Kuda pacuan dipelihara sebelum dan sesudah bertanding, menang atau kalah. Tapi pemain bola hanya dipelihara kalau ada panggilan. Sesudah itu tak ada apa-apa lagi,” katanya.
Akibatnya, jeratan kemiskinan tak mampu ia tampik. Bekerja serabutan dengan gaji seadanya ia lakukan demi menyambung hidup keluarganya. Kasus suap dalam Skandal Senayan 1962 yang menyeret namanya menggambarkan betapa pesepakbola seperti Ramang kurang diapresiasi sebagai aset nasional.
Sejak kasus itu, Ramang dilarang bermain untuk timnas seumur hidup dan nasibnya terus terpuruk. Ia sempat berkarier menjadi pelatih PSM dan Persipal Palu, namun tersingkir secara perlahan akibat tak memiliki sertifikat kepelatihan. Ramang meninggal dunia di usia 59 tahun akibat penyakit paru-paru tanpa bisa berobat di rumah sakit akibat kekurangan biaya. Ironis memang, namun itulah suka-duka Ramang yang kisahnya akan terus dikenang.


SUMBER : Goal.com

Indonesia Merupakan Penemu Negara Madagaskar?

Lirik lagu anak – anak ini sepertinya masih terngiang di telinga kita.

 “Nenek moyangku orang pelaut. Gemar mengarung luas samudera. Menerjang Ombak tiada takut. Menempuh badai sudah biasa”

 Lagu yang menggambarkan bangsa kita adalah bangsa penjelajah laut yang ulung, yang jangkauannya sampai jauh ke Afrika, walau hanya menggunakan kapal sederhana seperti, dsb. Bahkan jejaknya masih bisa kita lihat hingga detik ini.
Republik Madagaskar merupakan sebuah negara berkepulauan di pesisir timur benua Afrika. Ditinjau secara geologi, Madagaskar berada pada lempeng yang terpisah dari benua utama Afrika dengan beberapa pulau disekitarnya, yaitu Pulau Juan de Nova, Pulau Europa, Kepulauan Glorioso, Pulau Tromelin Island, dan Bassas da India.
Berdasarkan bukti leksikostatistika dan linguistika, bahasa Malagasy masih termasuk paling dekat dengan bahasa Maa’nyan, sebuah suku Dayak di Barito, Kalimantan Tengah. Mereka tergolong rumpun bahasa Austronesia. Etnis pribumi sendiri seperti Merina dan Betsileo tergolong ke dalam rumpun bangsa Austronesia dengan penampilan fisik yang serupa dengan Ras Melayu. Pulau Madagaskar pertama kali terpisah dari anak benua India ribuan tahun sebelumnya, pulau ini kemudian bergerak makin mendekati benua Afrika.
Pulau ini tergolong sebagai daratan tertua di dunia sama seperti Australia, sehingga tanahnya kekeringan dari bahan mineral akibat tidak adanya aktivitas vulkanik. Kebanyakan tanahnya berwarna merah dan melapuk. Akibat isolasi ratusan juta tahun tersebut, flora dan fauna Madagaskar sangat khas dan banyak spesies endemik mirip dengan yang terjadi di pulau Sulawesi.

Indonesia Merupakan Penemu Negara Madagaskar?

 Manusia pertama yang menghuni Madagaskar menurut beberapa sumber berasal dari Nusantara. Robert Dick Read dalam bukunya The Phantom Voyagers. Evidence of Indonesian Settlement in Africa in Ancient Times memaparkan banyak bukti arkeologis baru yang menyatakan bahwa para pelaut Nusantara telah menaklukkan begitu banyak samudera, jauh sebelum bangsa Eropa, Arab dan Cina. Bahkan dalam kajian bukunya disebutkan bahwa diduga pada abad ke-5 dan ke-7, para pedagang Cina begitu tergantung pada jasa pelaut Nusantara.
Dalam buku ini juga disinggung tentang nama lain pulau Sumatera yaitu Swarnadwipa atau Pulau Emas. Menurut Robert Dick, banyaknya emas di Sumatera ini dibawa oleh ras Zanj dan pelaut nusantara dari Zimbabwe, Afrika. Ia juga menemukan bukti yang menyatakan bahwa tambang – tambang emas di Zimbabwe mulanya dirintis oleh pelaut Nusantara yang datang. Sebagian tidak kembali dan membentuk ras Afro-Indonesia.
Dr. Cyril Hromnik, seorang sejarahwan Amerika, dalam bukunya Indo-Afrika yang ditulis tahun 1981 mengatakan bahwa antara abad 1 sampai abad 10 Masehi, orang – orang Indonesia dari suatu kerajaan tertua di Sulawesi Selatan membawa beberapa pekerja ke Afrika Selatan untuk dipekerjakan di perusahaan tambang emas. Sebagian dari mereka terdampar di Madagaskar dan membentuk pemukiman di sana. Para ahli sepakat bahwa kerajaan tua yang dimaksud adalah Kesultanan Luwu, sebuah kerajaan Bugis yang juga dikenal memiliki orang – orang hebat dalam hal berlayar di lautan buas, terutama dengan Kapal Pinisi atau Phinnisi -nya.
Pendapat lain menyebutkan bahwa Madagaskar juga ada hubungannya dengan Patih Majapahit Gajah Mada. Ini terjadi setelah Gajah Mada dibebas tugaskan karena Perang Bubat (lihat bab pada Misteri Makam Gajah Mada). Beliau lalu memilih memimpin ekspedisi berlayar menuju barat. Sampai singgah di Lampung, ia terus berlayar sampai di pulau Madagaskar. Faktanya hingga kini memang tidak ada yang tahu dimana Gajah Mada disemayamkan bukan? Jadi ada kemungkinan teori ini ada benarnya, Gajah Mada memimpin ekspedisi sangat jauh sampai ke Madagaskar sehingga tidak mungkin untuk kembali lagi ke Majapahit dan akhirnya menetap di Madagaskar sampai akhir hayatnya. Karena negeri Madagaskar tidak asing dan mirip dengan negeri di Nusantara, makanya Gajah Mada bersama bala tentarannya memilih menetap di pulau ini. Ada lagi yang berpendapat yang mengatakan asal nama Madagaskar berasal dari nama Gajah Mada = Mada Gaskar.

Madagaskar Ditemukan Oleh Perempuan Indonesia?

 

Baru – baru ini sebuah tim peneliti dari Massey University, Selandia Baru menyebutkan bahwa Madagaskar pertama kali diinjakkan oleh beberapa orang perempuan Indonesia, 1200 tahun lalu. Sebuah tim yang dipimpin oleh ahli biologi Molekul, Murray Cox ini menyelidiki DNA untuk mendapatkan petunjuk darimana asal mula penduduk Madagaskar. Mereka meneliti sampel kromosom melalui garis ibu, dalam sampel DNA yang ditawarkan kepada 266 orang dari tiga kelompok etnis Malagasy. Hasilnya, dari gen – gen tersebut, terdapat persamaan antara genom orang Indonesia dan orang Madagaskar.
Untuk menemukan berapa lama dan berapa orang Indonesia yang menghuni pulau tersebut untuk kali pertamanya, para ilmuwan menjalankan sejumlah simulasi komputer. Lantas ditemukan, Madagaskar dihuni populasi kecil, 30 perempuan yang tiba di pulau itu 1.200 tahun lalu. Sebanyak 93 persen atau 28 orang adalah orang Indonesia, dua lainnya Afrika. Penelitian tersebut lalu menyimpulkan, semua penduduk asli Madagaskar terkait dengan 30 perempuan itu.
Lantas, bagaimana perempuan – perempuan tersebut bisa menyeberang Samudera Hindia dan tiba di Madagaskar? Satu teori adalah bahwa mereka datang menggunakan kapal dagang, walaupun tidak ada bukti telah ditemukan perempuan naik kapal dagang jarak jauh di Indonesia.

Teori lain mengatakan bahwa Madagaskar diberikan sebagai tempat pengasingan sebuah koloni dari perdagangan formal, atau mungkin sebagai pusat ad hoc untuk pengungsi yang telah kehilangan tanah dan kekuasaan selama ekspansi Kerajaan Nusantara.
Dan teori terakhir, lebih ke hipotesis yang tergolong berani, mengatakan bahwa para perempuan tersebut memang sengaja menggunakan perahu yang membuat mereka melakukan sebuah pelayaran samudera. Menurut Murray Cox, teori ini didukung oleh simulasi timnya dari sisi pelayaran menggunakan arus laut dan pola cuaca musim hujan.
Namun sayang, hingga kini tidak ada bukti catatan ataupun arkeologis yang dapat digali lebih jauh. Yang dapat diuji baru sebatas budaya, bahasa, dan pengujian biologik.
Yang pasti, selain dari segi fisik yang mirip antara orang Madagaskar dengan Orang Indonesia, beberapa tanaman khas Indonesia juga cukup mudah ditemukan di Madagaskar, seperti pisang raja, ubi jalar, keladi tikus, dan jagung. Menurut penelitian George Murdock, profesor berkebangsaan Amerika pada tahun 1959, tanaman – tanaman itu dibawa orang – orang Indonesia saat melakukan perjalanan ke Madagaskar.
Hal terakhir yang menguatkan adalah pengakuan dua presiden terakhir Madagaskar yang menyatakan mereka merupakan keturunan Indonesia.
Demikianlah informasi mengenai Indonesia Merupakan Penemu Negara Madagaskar. Semoga bermanfaat :-)

Hak Cipta Di Lindungi

MyFreeCopyright.com Registered & Protected